Masalah Persatuan Kaum Muda Bagian I

By DEWANPENGURUSKOMISARIATGMNIFISIPUDA 24 Apr 2024, 21:43:58 WIB OPINI
Masalah Persatuan Kaum Muda Bagian I

Keterangan Gambar : Scene Film Troy (IFC.com)


Oleh: Fencenel Harefa

Pertentangan menjadi persoalan yang terjadi dimana dan kapan saja, sebagian besar tentang hubungan secara personal dengan orang lain. Kaum muda pun mengalami hal yang sama dalam ide, gagasan, dan tindakannya. Kasusnya pun berbeda-berbeda, melibatkan individu dan kelompok. Lebih dekat penulis mengilustrasikan dari berbagai dialog berikut:

A: “Saya tidak suka dengan sikap si B yang senang bertindak seenaknya, dan tidak memberi tahu yang lain.”

Baca Lainnya :

B: “Saya bertindak demikian karena si A tidak membimbing saya mengenai hal apa yang sebaiknya dilakukan.”

Pada kasus berbeda, dua orang tidak mampu bersikap menguasai perasaannya, dan malah terbawa alur situasi, misalnya:

C: “Sikap si D sangat kurang ajar, perlakuannya sulit dimaafkan.”

D: “Saya berbuat demikian karena dia sebelumnya berbuat kesalahan, jika ingin minta maaf biarkan si D duluan yang memulai.”

Jika sebelumnya secara individu, sekarang gambarannya sedikit kompleks. Si E dan F dalam kelompok G berdebat, hal itu memicu reaksi pada kelompok lain. Kita gambarkan seperti berikut:

E: “Yang benar itu telur dulu, kemudian ayam !”

F: “Kamu salah, yang benar, ayam lalu telur !”

Kelompok H: “Kami tidak mau melanjutkan pekerjaan yang sudah disepakati dengan kalian, sebelum perdebatan ini selesai.”

Dari ketiga contoh dialog diatas, beragam sebab diuraikan kurang lebih seperti ini: Pada dialog pertama, si A dan B mengalami kegagalan berkomunikasi, mereka tidak saling terbuka, akibatnya timbul saling menduga-duga lawan bicara. Akan sangat keliru, jika lahir kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat menerka, sehingga menafikan fakta. Pada dialog kedua, si C dan D saling mempertahankan argumennya untuk tidak saling memaafkan, keduanya punya sikap egois, hasilnya, tidak ada yang berbesar hati untuk lebih dulu berinisiatif memaafkan. Pada dialog terakhir, skalanya sedikit luas, di sini masalah perdebatan individu berkorelasi dengan kelompok. Pada konteks masalah ini, maka yang terlihat adalah kepentingan personal sebagai prioritas, dan bukan kelompok.

Pertanyaan sekarang ditujukan bagi si A,B,C,D,E,F dan kelompok H. Bagaimana memecahkan masalah mereka? Maka jawaban yang akan diperoleh sebenarnya bisa sulit atau mudah, tergantung apakah mereka belum tahu, sudah tahu, atau pura-pura tidak tahu.

Kesadaran Akan Perbedaan Dan Persatuan

Kita mengetahui persatuan awalnya dibangun dari bermacam perbedaan, pada akhirnya menghasilkan penerimaan akan hal tersebut. Penerimaan itu merupakan bentuk kesadaran, bahwa segala hal sesuatu tidak sama persis. Semisal, kita beranggapan dua anak kembar benar-benar sama, maka kita sendiri keliru. Sebab, baik kebiasaan maupun zat yang tersusun dalam tubuh si anak kembar pasti berbeda komposisinya, bahkan ibu yang mencintai mereka sendiri pasti bisa membedakan.

Selanjutnya, perbedaan mempunyai fungsi universal, salah satunya memunculkan persatuan. Fungsi dalam hal ini memungkinkan adanya kerja sama baik demi tujuan yang ingin dicapai. Anggaplah di sebuah gurun, ada dua orang yang sedang kehausan. Amin memiliki sumur dengan air berlimpah, tetapi tidak memiliki ember tali untuk meminumnya. Sedangkan Aman memiliki ember tali, namun tidak memiliki sumur. Hanya dengan kerja sama, keduanya dapat minum air sumur tersebut. 

Atas kesadaran perbedaan dan persatuan, kita mengerucut kepada organisasi sebagai bentuknya. Di sini, terdapat kumpulan orang-orang yang bersepakat menerima asas dan tujuan bersama. Kesepakatan mereka membuat setiap anggotanya mau berkolaborasi memberikan kemampuannya untuk tujuan-tujuan mereka.

Tetapi menjadi berbeda ceritanya, bila kerja sama dalam organisasi tersebut tidak berjalan sama sekali. Ini menandakan kesadaran sebelumnya gagal dipahami oleh para anggota organisasi. Akan terlihat absurd, bila A,B,C,D cs berada dalam lingkungan organisasi, namun tidak sadar akan apa yang ada lingkungan tersebut. Atau pun si Aman dan Amin, bila bersikap seperti si C dan si D, sudah dipastikan mereka berdua akhirnya mati kehausan.

Kegagalan ini sudah seharusnya dipahami oleh kaum muda yang berorganisasi itu, untuk mulai membuka mata, telinga, mulut, pikiran, dan hatinya, agar bisa terbangun dan sembuh dari mimpi-mimpi egois, dan penyakit keras kepala, yang selama ini menyelimuti mereka dengan nyaman.

Kaum muda masih memiliki banyak energi, dan bisa belajar dari kesalahan-kesahan mereka di masa akil balig, supaya hal yang sama tidak terulang di kemudian hari. Namun bila mereka tetap menolak memperbaiki kesalahan-kesalahannya, patut dipertanyakan, apakah kaum muda itu sudah tidak sanggup lagi untuk belajar atau  masih tertidur, hal ini hanya menciptakan penilaian umum, bahwa mereka lahir prematur dalam organisasi.

***

Bersambung….




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

kanan - instagramInstagram GMNI FISIP UDAKanan- FacebookFacebook GmnI Fisip Uda

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Tag Berita

Komentar Terakhir