Setahun Covid-19: Seandainya Kembali Normal
Keterangan Gambar : Ilsutrasi Pixabay.com
Oleh: Nico Septian Butar-Butar
Akhir tahun 2019 adalah awal ketidaknormalan, semua dimulai akibat sebuah virus bernama “Corona” atau “Covid-19”. Fase perubahan pun terjadi, mulai dari pola hidup, pelaksanaan acara/event, dan kegiatan pelajar mengajar. Tak pandang bulu, aspek ekonomi, sosial, budaya juga terseret masuk dalam transisi yang merombak tatanan kehidupan.
Setelah genap setahun Pandemi Covid-19, saya dan mungkin kebanyakan orang mulai merasa jenuh terhadap tidak pastinya informasi, dan kebijakan penanganan virus membuat kita pesimis. Pengandaian pun muncul dalam benak saya, menjurus ke masa setelah bencana global selesai. Bagaimana jika semua kembali normal, tentu umat manusia akan sangat bersyukur lepas dari kesusahannya.
Baca Lainnya :
- Masalah Persatuan Kaum Muda Bagian II0
- Sukarno Dan 75 Tahun Pancasila0
- Apa Benar Si Terpelajar Masih Butuh Organisasi?0
- GMNI FISIP UDA MENYESALKAN PERUMPAMAAN “SUARA ANJING”0
- Tanda Tanya Terhadap Tanda Larangan0
Seandainya sekolah dan kampus dibuka sekarang, para pelajar akan merasakan interaksi nyata dengan teman-teman belajar, yang selama setahun tidak dijumpainya secara langsung. Saya pikir teman-teman saya akan sangat menghargai waktu untuk bertemu, tampa ada berbagai alasan tidak datang, seperti mager, ban pecah dan sebagainya. Orang-orang terdekat bertemu dengan semangat bertukar cerita soal setumpuk pengalaman yang tersimpan untuk membayar rasa rindu.
Seandainya bencana Covid-19 ini berakhir, kita akan menghargai semua yang dimiliki baik yang bernyawa atau pun tidak, dengan menjaga itu sebaik-baiknya. Hingga hari ini (27/2) di seluruh dunia 2,5 juta orang telah meninggal dunia akibat virus (Wikipedia), dan menurut rilis Organisasi Buruh Internasional (ILO), 225 juta pekerja kehilangan pekerjaan (cnbcindonesia.com 26/1).
Di sisi lain kerusakan lingkungan yang kerap kali disepelekan para pengambil kebijakan kini telah dibuktikan, bahwa ada hubungan yang sangat mempengaruhi antara lingkungan dengan virus. Kesimpulan yang diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu, menyatakan kemunculan virus baru bersumber dari tindak eksploitasi manusia terhadap alam yang mengganggu ekosistem.
Lantas kita masih bertanya apakah semua dapat kembali norma seperti sedia kala ?. Jika melihat berdasarkan keadaan sekarang, tentu membutuhkan waktu tidak sebentar dengan segala upaya pemulihan bertahap, yang terlebih dahulu menutup sumber dan memutus rantai penyakit ini.
Menurut saya perubahan pola pikir dan gaya hidup adalah dasar kita untuk mewujudkan keadaan normal tersebut dengan beberapa langkah yaitu: Pertama, kepatuhan kita dalam menerapkan protokol kesehatan dan konsumsi makanan bergizi. Kedua, keterbukaan informasi mengenai vaksinasi oleh pemerintah, akan memberikan jaminan keberhasilan program tersebut. Ketiga, jika kita sudah benar-benar belajar agar bencana global tidak terulang, eksploitasi sumber daya alam yang asal usulnya dari kepentingan ekonomi global, harus dipikirkan ulang oleh pemangku kebijakan nasional serta internasional.
*Penulis adalah Wakil Komisaris Bidang Organisasi Dewan Pengurus Komisariat, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Darma Agung